Jeda

Minggu ke-dua Januari 2019.

Kali ini, rasanya akhir pekan cepat sekali tiba.

Sebuah waktu jeda yang dirindukan banyak manusia. Merancang cerita dalam balut rasa bahagia. Mengendurkan urat kepala yang dipaksa bekerja lima hari lamanya. Berkumpul bersama orang tercinta, berwisata, atau di beranda rumah saja, mengisi ruang hampa di dada.

Seolah mengisi rongga nyaris runtuh, agar kembali utuh. 

Termasuk aku. 

Untuk ukuran anak rantau yang jauh dari keluarga, pilihan pertemuan ada dua. Pergi dengan teman lama atau berdiam saja.

Sedari pagi bertanya, enak nya kemana yaaa ?

Kali ini aku memilih diam saja. Alhasil, pikiran kembali pada banyak perkara.

Heran. Kadang aku berfikir kenapa aku menjadi manusia yang amat perasa ? Sampai sering aku menyalahkan hidupku yang penuh drama.

Sering pula hatiku berteriak karenanya,

Hey ! Bukankah kamu sendiri

yang menciptakan banyak drama ?

Bukannya, Jika drama itu berakhir pada rasa benci, artinya kamu sedang mencaci dirimu sendiri ? Mengarahkan sugesti pada ego tinggi yang merepotkan diri sendiri ?

Bukannya, Jika drama itu endingnya happy, artinya kamu berhasil menyelamatkan diri dari sugesti payah yang kamu buat sendiri ?

Yayaya. ini kan memang perihal suara hati saja. Kamu sendiri yang paling pandai mengendalikannya.

Atau mungkin, kamu sedang butuh jeda, saja.

Jeda

5 thoughts on “Jeda

  1. Kanay says:

    Bahagia maupun luka selalu membutuhkan jeda, selamat berakhir pekan ita, percayalah semua yang terjadi dalam hidupmu bermakna bagi semesta ~

  2. SAMSUDIN says:

    Artikel yang sangat bagus …
    Ulasan informasi yang disampaikan sangat bermanfaat …
    Terimakasih informasinya min …
    Ditunggu artikel selanjutnya …
    Salam kenal …

  3. someone says:

    mungkin cuma aku yang selalu menunggu tulisan mu selanjutnya.sambil memandangi wajah mu setiap kali bertemu.andai aku bisa bicara saat berpapasan dengan mu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *