Tujuan itu hampir sampai (mungkin)

Pukul 5. Langit gelap menggantung sepanjang sore. Ini sudah satu jam sejak waktu pulang dan saya memilih tak bergeming, urung melangkah keluar. Sedikit bergumam, cepat sekali ini sudah penghujung April. Sisa-sisa ingatan perjalanan sepanjang bulan ini akan saya benamkan dalam beberapa paragraf.

Satu Langkah Maju

Pesan baru malam itu cukup melegakan. Setidaknya, secara administratif saya dinyatakan lolos dalam pertaruhan nasib kali ini (lagi). Salah satu perusahaan pemerintah di bidang asuransi, ada sekitar 6 tahap yang harus dilalui. Tidak masalah, bersyukur karena doa saya diijabah.

Terlalu lama diam, saya membutuhkan sebuah perjalanan, bertemu banyak orang, menggerakkan otak untuk berfikir taktis atau sekedar meng-update beberapa hal yang menggantung di pikiran akhir-akhir ini. Sekali lagi. Tiada nikmat yang pantas ku dustakan.

Sempurna, jadwal seleksi tepat di akhir pekan, tanggal 1. Saya tidak perlu repot mengarang alasan untuk ijin pun dengan segepok uang di tangan. hehehe. Berangkatlah saya dengan kereta jadwal tercepat sampai ibukota, Jakarta.

Berbekal bakat SKSD sebelum hari ini, saya tidak perlu khawatir untuk beberapa urusan. Terimakasih teman-teman 🙂 Sebenarnya untuk urusan ini akan lebih mudah saya lakukan sendiri, karena tidak terlalu nyaman merepotkan banyak orang. Tapi untuk ukuran ibu kota, transportasi, penginapan, rasanya bekal saya tidak akan cukup, hehe. Lagipula, atas nama memperpanjang umur, silaturahmi juga perlu tho ?

 Urusan pertama selesai ketika pukul 9 malam saya tiba. Teman super baik satu organisasi kampus bela-in jemput lepas dia pulang kerja. Tujuan pertama, kost Cicik. Berbasa-basi sekedarnya, lalu kami memilih istirahat mengingat besok ada 4 tahap sekaligus yang harus diselesaikan.

Esoknya, dengan kecanggihan transportasi online, tak hanya mengantar, Cicik memastikan saya tidak salah gedung, UI Salemba :), kami berpisah di sana.

Cukup lama menunggu, ada sekitar 300 an peserta untuk shift pagi. Untuk sekedar registrasi, tidak cukup hanya 5 menit. Berkenalan dengan beberapa orang baru, ketawa-ketiwi sok akrab, ini adalah beberapa trik untuk saya tetap tenang sebelum akhirnya bertemu lagi dengan soal-soal gambling psikotest. Soal yang tidak satupun tahu benar salahnya jawaban. Hari ini saya harus menyelesaikan beberapa kumpulan soal semacam itu, dan verifikasi beberapa dokumen. Berlaku sistem gugur yang akan diumumkan malam itu juga, dan bagi yang lolos seleksi dilanjutkan esoknya. Ini tidak cukup menyenangkan, rasanya nasib saya hanya ada dua kemungkinan sebelum malam itu, dan selama itu saya harus berpura-pura tenang.

Lepas tes, bahagianyaa, karena teman-teman kuliah saya sudah menunggu, Lia, Indi dan Yona. Mereka berencana mengajak saya keliling dengan bus gratis fenomenal DKI. Baiklah, setidaknya ini bisa mengendurkan urat sisa tes setengah hari ini. Tanpa tujuan, Kalijodo sejauh itu menjadi tujuan terbaik. Sedikit banyak kami bercengkrama tanpa melihat siapa kami sekarang. Mereka masih sama seperti dulu, arek Suroboyo yang nekat, kami membahas satu dua hal dengan bahasa kebanggaan arek Suroboyo, ini cukup menarik perhatian sih 🙂

Singkat cerita, saya lolos. Tahap berikutnya adalah Kemampuan dasar, bahasa inggris dan Wawancara Psikologis. Untuk pengumuman masih agak lama, ini melegakan, hehe.

Tidak seperti hari kemarin, keluar tempat tes lengang sekali. Saya memilih pergi ke kantin bersama teman baru kenal kemarin, ternyata dia teman dekatnya Firman, teman saya jaman reporter. Hahaha dunia sempit amat. Kami berpisah di gedung depan. Dia pulang, dan saya gak tau mesti kemana. Untuk kesekian kali, Gojek saved my life ~

Menghubungi beberapa teman, berkumpul, ngobrol, memesan kereta pulang, jadwal tercepat malam itu juga. Sampai akhirnya kembali ke Stasiun di antar sahabat terbaik saya masa SMA, Agiel.

Kehidupan kembali, perjalanan ini seperti mimpi saja, tiba-tiba saya ada di ruang kerja yang amat nyaman ini ~

Menjalani hari berikutnya, menunggu keputusan atas nasib saya diantara dua kemungkinan….

Langkah Berikutnya

Dua minggu berlalu. PPM. Konsultan rekrutment terbaik itu memberikan pesan singkat. Jadwal seleksi dilaksanakan lusa, di Yogyakarta. Perusahaan pemerintah bidang asuransi (lagi). Ini seleksi yang berbeda. Jack Point! Seleksinya akhir pekan dan Long Weekend ! Rasanya bulan April penuh dengan longweekend. Tanpa pikir panjang, saya memesan travel satu kursi jadwal tercepat.

Seperti biasa, menghubungi beberapa sahabat karib, beberapa urusan selesai. Semoga tidak merepotkan. Yaaa, walaupun pada pulang, wajar sih, ini longweekend. Tapi hati baik tak kemana, mereka meninggalkan tempat tinggal dan kendaraan untuk keperluan saya selama di sana.

Pukul 11 malam tiba, saya langsung membenamkan diri untuk istirahat, sebelum matahari menyapa beberapa jam lagi. Sejenak mempelajari map, dengan sisa ingatan dan pemahaman rute seadanya, saya mulai pergi ke medan perang, Grha Sabha Pramana, UGM.

Kota Gudeg ini selalu istimewa. Tugu, malioboro, dan beberapa sudut kota mengembalikan beberapa kenangan saya akan banyak hal. Lima tahun lalu, seminggu lebih saya disini untuk menemani Lia mendapat sekolah dokternya. Tiga tahun lalu, lima hari lebih saya kesana kemari meliput kontingen ITS yang sedang PIMNAS.

Saya tiba tiga puluh menit sebelum tes dimulai. Whoaaa. Ini lebih puyeng. 5 jam tes non stop. Sepengalaman saya tes, seharusnya ini dijadikan dua sesi. Tapi tidak untuk kali ini, semua tipe soal diujikan tanpa ampun. Bermain dengan kemungkinan juga logika dalam waktu yang amat terbatas. Seharusnya saya sudah terlatih, berkali-kali saya berhadapan dengan soal macam ini.Eentah kenapa saya sedikit tidak konsen.

Sistem gugur (lagi). Pengumuman malam itu paling cepat lepas isya. Keluar ruang tes, saya lumayan bingung harus kemana dengan siapa. Akhirnya saya putuskan pulang, istirahat cukup, jaga-jaga kalau besok tes lagi. Hehehe, Agiel perjalanan ke Jogja malam itu, hendak nostalgia jaman kuliah mungkin. Sebelum malam, dia menawarkan diri menemani saya melihat pengumuman.

Singkat cerita, saya lolos. Besok ada seleksi FGD dan wawancara psikologis. So far, lancar karena tidak perlu se-konsenterasi psikotes awal, yaaa walaupun case ketika FGD susaaaaaah, dan grupnya gak begitu aktif dan efektif, saya rasa sudah memberikan effort terbaik. Urusan hasil urusan Pemilik Semesta. :’)

Setelah tes, saya ada janjian dengan beberapa teman kuliah yang kerja di Jogja. Kami bertemu sampai malam. Membahas beberapa hal yang mendamaikan. Senin. Saya pulang dengan travel paling pagi. Lia (pemilik rumah dan kendaraan) sudah menunggu saya di rumah. Kami harus bertemu malamnya. Melepas rindu, dia merasa bersalah karena tidak bisa menemani, saya hanya terkekeh, membayangkan jika Lia nemenin, justru jadi ribet, hahahha.

Terlepas dari semua kisah perjalanan kali ini, saya semakin optimis bahwa langkah saya semakin dekat dengan tujuan. Beberapa harapan yang menggantung bersama langit kelam diluar gedung kantor ini sedikit ada angin segar. Hmmmm,

Harapan ? Tujuan ?

Entahlah. Satu jam sebelum menulis kisah ini saya dapat pengumuman bahwa tes di Jakarta kemarin tidak lolos, hanya satu tahap lagi padahal. Hmm. Kecewa sih enggak, sedikit lah, tidak ada air mata, perihal ini gak di bawa mati juga ~

Kisah ini bersambung di #evadir April 🙂

Tujuan itu hampir sampai (mungkin)

Berkendara-lah dengan Cerdas

Suatu hari, saya bertanya dengan teman saya “Kenapa sih orang cenderung marah-marah kalo lagi bawa kendaraan?” dia jawab, “Yaaa karena semua orang pengen cepet sampai tanpa hambatan laa,” hehe. Bener sih, tapi gak harus rusuh juga dong ?

Saya bilang rusuh karena sebagian orang berkendara minim perduli terhadap beberapa poin dasar. Seperti rambu-rambu lalu lintas dan kesopan santunan di jalan raya. Sampai kapan harus membiasakan kesalahan?

Sekiranya, saya sering berteriak ketika berkendara seperti ini ~

Saya rasa, orang yang pinter bawa kendaraan akan secara otomatis menggunakan lampu sein sebagai tanda Jangan Tabrak, Aku Mau Ambil Jalur Sebelah. Saya gak perduli mau ambil sein kiri jadinya belok kanan, hahaha. Ssetidaknya, dia punya kesadaran menyalakan lampu sein sebagai tanda kita untuk hati-hati.

  • Kalo mau belok kiri yaa ambil jalur kiri dong !

Ini nih yang kadang mengusik hati untuk sumpah serapah. Astagfirullah, Kita bicara rata-rata orang berkendara yang punya tujuan. Logikanya, orang itu pasti tau arah dong? Ketika mendapati jalan ramai dua arah dan tujuannya harus belok kanan, dari jauh udah menyalakan lampu sein dan ambil jalur kanan dong?

Faktanya, banyak orang belok mendadak, tanpa aba-aba. Bahkan di traffic light perempatan, masih adaaaa aja orang yang mau lurus tapi dia ambil jalur kiri, atau mau ke arah kiri tapi ambil jalur kanan. Oh ya Allah, lindungilah kita semua dari marabahaya di jalan raya 🙁

  • Pernah gak sih ngerasain di senterong pake lampu jarak jauh ?

Untuk ukuran Kota Kabupaten di daerah saya, jalan sepi dan gelap sering banget ditemukan. Hal itu jadi wajar jika beberapa kendaraan menggunakan lampu jarak jauh untuk kewaspadaan. Tapi kok ya kadang semacam tidak punya perasaan gitu yaa.

Misal gini, saya pernah mengalami lampu depan jarak pendek mati, mau gak mau harus pake lampu jarak jauh dong, tapi saya pake perasaan dikit tuh, kalo ada orang dari arah berlawan saya reflek ganti pake lampu sein atau matiin sebentar. as simple as that, i think.

  • Kenapa sih spionnya di buat kecil ?

Coba dibaca dulu kegunaan spion. Saya pribadi gak pernah PD menggunakan motor tak ber-spion. Ada nih supaya keren, kaca spion di modif sedemikian rupa jadi kecil dan pendek. Alih-alih safety, malah gak bisa liat apa-apa dan sama aja memaksa kepala noleh ke belakang, dan itu Bahaya rekk !

  • Dikira keren ya kenalpot yang berisik itu tuh?

Keren sama alay itu emang beda tipis sih. Tapi untuk urusan kenalpot berisik ini alay men, gak keren sama sekali. Sampai sekarang aku juga heran apa alasan mereka memodif kenalpot jadi berisik gitu. Apa supaya mendapat perhatian ?

  • Ih gak sadar amat bawa anak kecil tapi kenceng bawa motornya

Ini yang gak bener orang tuanya sih. Yang ada dipikiran saya cuma pengen turun dan ambil anaknya untuk saya anterin. huhuhu

  • Belom ijo kenapa udah tancap gas aja si !

Entahlah, kenapa beberapa orang amat tidak sabaran dengan traffict light. Padahal polisi lalu lintas istilahnya udah susah payah membuat simulasi lalu lintas agar berkendara aman dan tertib, supaya selamat.

Kalo melanggar sekalian mah bodo amat. Nah ini sudah terlanjur nunggu lama kenapa gak diterusin sampe bener-bener lampu hijau ? alamaaaak.

  • Tertib dong di belakang garis

Ini sama aja sih kaya pemikiranku tentang orang-orang yang dengan susah payah nge-cat jalan tapi sama sekali tidak dihargai penggunanya. Apa karena uang yang dipake buat nge-cat uang kita sendiri (pajak) gitu ya ~

Terlepas dari berkendara harus pakai helm, bawa STNK, harus punya SIM, gak boleh gonceng bertiga, dan aturan lain, kiranya seseorang yang sudah bisa berkendara adalah orang dewasa yang sudah baliq dan berakal. Ampas banget ketika ada meme ngejelekin perilaku masyarakat Indonesia yang justru disebarluaskan melalui sosial media. Dibilang kelakuan orang Indonesia tuh, hmm.

Menulis ini bukan berarti saya sangat baik berkendara, namanya manusia pasti banyak kurang. Tapi kalo kurang terus bukan manusia juga namanya. Well, mari sama-sama belajar dan mengingatkan. Ada keluarga yang selalu menunggu kehadiran kita. Semoga kita semua selalu diberi lindungan dari Allah SWT ~

Berkendara-lah dengan Cerdas

Potret Mimpi

Kata Siapa Kita Tidak Boleh Berangan-angan ?

Beberapa kali aku enggan berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi mimpiku, keinginanku. Beberapa kali pula aku merendahkan diri bahwa aku tak pantas untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Kemana perginya akal sehatku? Ketika melihat sekitar sudah jauh melaju, menebang segala ragu, tak gentar menghentak maju !

Lalu, dimana aku ?

Inilah mengapa aku selalu gugup jika ditanya. Apa yang menjadi mimpimu, lik? Entahlah, mengapa pertanyaan ini menjadi sulit. Dari 1001 keinginan yang sering melintas di pikiranku, rasanya tidak ada hal yang istimewa. Sederhana saja.

hahahaha. jangan heran.

Ketika sekawanan itu mempersiapkan diri kuliah di negeri orang, aku tak berminat. Ketika beberapa beasiswa datang, aku urung menyambut. Gratis lho, lik. Aku tak bergeming, aku harus bekerja segera. Hanya itu yang terlintas di kepala. Betapa egoisnya ! Aku yang tau apa yang harus aku lakukan, semuanya terasa mendesak. Aku hanya ingin bekerja.

Tak sengaja dulu aku berseloroh, aku ingin bekerja di salah satu gedung pencakar langit. (Maklum anak desa :’) Aku terlalu mudah mengagumi apapun ketika aku melihat apa-apa dari atas. Alam, hiruk pikuk gedung yang berlipat tak karuan, ambulan lalu lalang, hahaha. Apalagi jika beranjak malam. Sebelum semuanya menjelma menjadi sinar kunang-kunang, aku selalu menantikan langit jingga kemerahan. Bagiku itulah simbol kedamaian.

Lucunya, itu yang menjadi mimpiku. Aku membayangkan beberapa hal setelahnya. Aku akan menjadi pekerja yang cerdas, aku akan menyelami berbagai pengalaman orang untuk refrensi beberapa pemahaman. Syukur-syukur kalau perusahaan memberi reward untuk pegawai yang lincah sepertiku. Urusan lanjut studi adalah hal sepele bagi mereka. hahaha. Pun dengan kepalaku yang sudah terisi bekal untuk kembali dalam dunia kuliah meng-kuliah-i. Jadi tidak kosong. Ini mengapa aku mengabaikan untuk langsung lanjut studi.

Selebihnya, itu adalah mimpi akan sebuah pengabdian. Berangkat dari pemikiran Betapa Berharganya Menjadi Seorang Perempuan, aku ingin menghidupkan jiwa-jiwa yang bosan diam. Sebenarnya kita mampu, ketika kreatifitas dipaksa menciptakan sesuatu. Merubah kebiasaan menghabiskan waktu tak perlu, menjadi rumpi-rumpi yang bermutu.

Bagian terakhir, aku rasa ini menjadi mimpi seluruh perempuan di muka bumi ini. Kecuali mereka-mereka yang bodoh dalam bergaul, lantas membuang hasil kebodohan itu sembarangan, enyahlah jiwa-jiwa tanpa nurani seperti itu !

Kemudian, beberapa waktu lalu aku diberi kesempatan dalam sebuah perjalanan yang mengantarkanku pada beberapa kenyataan. Sudah sejauh mana aku mewujudkan mimpi ini?

Aku bertemu dengan teman-teman yang sudah bisa dianggap berhasil dalam ukuran mimpiku. Tidak ada yang berubah, hanya jika bicara keberhasilan, mereka sudah berada jauh didepanku. Sejujurnya, aku bahagia mendapati mereka yang dulu kawanan kepompong kini sudah ber-metamorfosis menjadi kupu-kupu yang istimewa.

Aku tidak sedang merendahkan diri, justru dibelenggu rasa penasaran,

seberapa jauh lagi aku harus melangkah, lantas pintu mana sebenarnya yang bersedia mempersilahkanku masuk ~

Aku belum memiliki jawaban, sampai dimana langkahku atau seberapa besar sudah usahaku. Aku hanya akan terus berlari sekencang-kencangnya. Menggali setiap kesempatan. Memecahkan teka-teki semesta yang sudah digariskan. Aku memasang benteng prasangka baik yang amat kokoh. Apa yang perlu aku khawatirkan? Selama aku ber-Tuhan, rasanya semua akan aman. Toh, sampai saat ini aku belum pernah tak bisa nafas atau tak bisa makan :’)

Demikian semesta menempaku dengan semua anggota tubuhnya. Semakin ditempa aku semakin paham. Tapi gelas ini kubiarkan saja kosong untuk terus ditempa dalam pemahaman terbaik dan menyenangkan selama perjalanan ~

 

Sekalipun kecemasan itu tak henti datang, tentang

apakah ketika seluruh mimpi itu terwujud lantas aku bisa senang dan merasa cukup ? Sepertinya tidak,

Potret Mimpi

#Evadir Maret

Waaaaa udah abis aja Maretnya, hilang lagi sebulan ~

Entah evadir keberapa saya bisa menulis suatu hal yang hebat dan inspiratif di laman ini, hahaha. Sebelum nulis, saya review tulisan sebelumnya yang yaelah, isinya klise doang, baper doang cuy. hiks. Pake ada acara penjelasan kalau dibuatnya laman ini kayaknya untuk curhat gitu, aelah elikaaaaaaaaaaa !

That’s me. Zodiak libra mengklaim otak saya untuk selalu menimbang-nimbang sesuai lambangnya, jadi susah ambil keputusan (a.k.a plin plan). Harusnya tegas aja suka-suka saya dong mau nulis apa.

Ini semua karena beberapa hari lalu saya melakukan hal yang sejak lama ingin saya lakukan, yaitu baca blog teman-teman redaksi jaman kuliah, which is beberapa blog emang gak update. Blog kamu apa el? ini adalah pertanyaan memalukan ketika saya jadi reporter kampus dulu, kok bisa gak punya blog, lalu skill menulis sampai akhirnya bisa jadi reporter gimana ceritanya? – Kepo amat, tulisan hasil liputan saya naik website kan sudah mewakili kemampuan tulisan saya tho. hahaha, baperan si.

Rata-rata temen redaksi saya adalah aktivis kampus, selain emang keren, tulisan mereka juga keren, sekarang juga udah pada jadi orang keren. (Eh, definisi keren beda-beda sih). Salah satunya adalah tulisan abah hanza. Konon katanya, beliau lah yang memilih saya waktu seleksi reporter dulu, wkwk, maaf ya mas saya membuat itu semua justru sia-sia. Dulu masih ngakak bareng, sekarang doi udah jadi mahasiswa Glasgow University cuy yang kampusnya kaya Hogwarts, kampusnya Harmoni, gak kebayang gimana alay-nya abah disana, huhu 😛 (monggo baca deh tulisan ringannya dan selamat terinspirasi !)

Well, seperti biasa, selesai baca, motivasi saya kembali terpecut. Di sisi lain, tiba-tiba saya merasa cupu dan alay. Rumput tetangga kembali menghijau, bung !

Dasarnya orang keren mah emang bebas yaa. Kaya punya bakat untuk beruntung, apasih (x). Lalu, saya memikirkan beberapa hal aneh. Seberapa berhasilkah saya sampai saat ini ?

Jadi, waktu baca tulisan sebelumnya saya justru sedih. Jika betul berhasil, saat ini bukan lagi waktunya membenarkan apa yang benar, hmmm gimana jelasinnya ya. Maksutnya aneka rupa warna curhatan itu mutlak untuk dimiliki semua insan. Kenapa saya justru ada di tahap dimana seharusnya saya bisa melakukan lebih dari itu, yaitu eksplorasi diri bukan lagi aktualisasi. Lalu, seharusnya saya membuat laman ini sebagai platform yang informatif, kaya manfaat statistik yang beberapa tahun ke depan akan menjadi akar kehidupan ekonomi dan bisnis negeri ini, atau software Tableau yang mangkrak dipelajari, padahal keren banget -___-

Kedua, Kenapa saya justru sedih ya. Hmmm. Baca tulisan sebelumnya bikin saya merasa penulis ini kesepian amat. Kaya menulis sesuatu untuk diri sendiri. Tapi jadi saya tenggelam dengan pemikiran saya sendiri, saya juga butuh sudut pandang lain setidaknya ada feed back atau interaksi dengan manusia nyata ! Nah ini, cerita sendiri, memutuskan sendiri, hahaha.

Sepertinya kegiatan saya monoton, begitu aja, itu sebabnya saya berfikir aneh-aneh. Bulan Maret gitu doang sih, layaknya makhluk sosial yang menjalankan kehidupan penuh misteri 🙂

Selamat datang April, selain bulan ini ayah ulang tahun, semoga ada kabar baik ! 🙂

#Evadir Maret

Wajah yang Renyah

Menjelang study tour, my one and only lovely sister ribet gak karuan. Persipan dilakukan seminggu sebelum keberangkatan. Terlebih dia adalah panitia. Gak kebayang gimana sok-sok-an nya dia jadi panitia study tour itu. Hahahaha.

Singkat cerita, salah satu dari ratusan hal yang dia lakukan dengan merepotkan saya adalah pergi ke salon. Dia minta keramas, kebetulan saya juga mau potong rambut. Dimana, setelah potong saya nyesel karena kependekan, biasa~

Memiliki rambut baru, kebanyakan orang cenderung sering didepan cermin (atau saya doang). Lamat-lamat saya pandangi wajah saya yang tampak younger than before ini dengan potongan rambut sebahu. Senyum-senyum sendiri sambil mikir, wajah wajah gini kenapa banyak yang bilang seram yaw atau dibilang kaya memendam banyak masalah. Ini gak satu dua orang doang juga yang bilang. Aelaaah, belom kenal siiiiii.

Hal ini menyebalkan lho, kepercayaan diri bisa goyang. hahaha. Sekeras apapun saya berusaha tidak peduli penilaian orang, sekeras itu juga saya diam-diam intropeksi diri, bedanya ini tentang penampilan cuy. Apalagi garis wajah yang tidak bisa diubah. Ah apa mungkin wajah saya kurang krenyes kali ya, atau kurang senyum, atau keduanya ~

Ok. Jadilah, hari-hari selanjutnya, khususnya dikantor (yang notabene resah karena wajah saya yang dinilai judes) saya merubah penampilan. Termasuk MAKE UP, uyeah! Bermodalkan makeup tutorial di youtube, dengan peralatan seadanya (menjadikan gincu sebagai eyeshadow) saya berangkat ke kantor. Sampai di kantor, sebagai tahap finishing, saya harus memastikan penampilan ini layak untuk saya dengan mampir ke kamar mandi. KAGET, nih bibir merah bener kaya abis makan ulaaar. Malah jadi makin gak pede. Saat itu juga saya langsung cuci muka. ghaghal deh~

Yaudahlah, kayaknya gak perlu make up, tapi banyakin senyum. Melangkah dengan pasti saya masuk ke ruangan dengan menyapa semua orang sambil senyum manis sekalian pamer karet brachet baru warna tosca serasi dengan baju batik saya hari ini. Can you guess what they say ? elika kok hari ini sumringah sekali, ada sesuatu nih pasti. pasti lagi kasmaran. udah punya pacar to?  WOAAA. rasanya pengen main trampolin loncat-loncat sampe capek cuy. kzl.

Btw, hari ini Khanaya pulang dari study tour, saya yang jemput, karena kangen, hehe. Mengantar atau jemput Khanaya adalah hal yang menyenangkan, termasuk ketemu ibu-ibu rempong. heuheu. Salah satu ibu favorit saya adalah (gak tau namanya). Kita sering ketemu hampir setiap pagi ketika saya nganter Khanaya sekolah, yang menarik dari ibu ini adalah dengan motor bebek warna hitam, kaos seadanya, satu anak didepan, satu dibelakang, melaju pasti dengan wajah yang selalu menebar senyum. Dari jauh aja wajah ibu itu kayak bahagiaaaaa banget. Saya yang terlanjur menatap, membalas senyum dong. Semakin dekat tampak wajahnya yang amat renyah, gimana yaaa, gurih gitu lho. haha. Setelah itu, saya bisa ikutan senyum-senyum sendiri gitu. Seperti mendapat suntikan energi, padahal di senyumin doang, sama ibu-ibu pula. hahahahaha

Saya jadi kepikiran, kenapa saya repot-repot ber-make up untuk menutupi kejudesan saya -_- Padahal sederhana caranya, tersenyumlah ~ ini termasuk cara paling mudah untuk mendeskripsikan rasa syukur sekaligus menularkannya pada banyak orang disekitar kita. Jadi yaaa mari tersenyum tanpa perduli dibilang lagi ini lah itu lah, atau dibilang kasmaran, yaa semoga aja ! hahahaha

Maaf ya, random amat akhir-akhir ini 🙂

Wajah yang Renyah

Menghidupkan Cinta

Kenapa harus melulu merumitkan hal yang sederhana, sedang cinta kerap datang dengan liarnya? Manfaatkan saja cinta sebagai penjinak hati sempurna. Membuang jauh penat yang sesak. Menghapus sisa sisa kesal tak guna. Taburlah cinta dalam setiap langkah, semoga semesta pun mengiringi cinta.

Meh. Sajak-sajak cinta ala Rangga gini sering banget muncul di kepala. Kadang jijay juga sih, haha.

Ceritanya, akhir-akhir ini saya merasa penuh cinta. Apa yaa, semacam sebuah rasa yang melegakan, dan bisa bikin senyum-senyum sendiri gitu lho.

Kisahnya tentang ibu, juga ayah. Ibu sih pemeran utamanya. Memasuki usia yang tidak lagi muda, kedua malaikat ini tampak lebih istimewa. Alhamdulillah, semua sehat. Apalagi, sekarang saya bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama mereka.

Keluarga ini teramat menyenangkan, juga teramat aneh di waktu yang bersamaan. Suka jalan-jalan, suka bercanda, suka pada nyanyi gak jelas, saut-sautan, suka pada ketawa sendiri (tiba-tiba), suka nge-lucu padahal gak lucu, tapi tetep aja ketawa -_- Kadang kalo lagi kumpul, kami suka berkhayal hal yang tidak mungkin, yauda ketawa lagi, atau  suka pada iseng mengenang masa lalu, yoi masa yang sulit.

Sedikit putar kembali waktu, ke-istimewa-an ini tidak begitu saja kami dapat. Kiranya pahit, jatuh bangun, air mata lengkap sudah mengisi lembar kehidupan sebelumnya. Semua baik-baik saja ketika akhirnya saya kuliah di Surabaya. Kira-kira 5 tahun yang lalu.

Bukan berarti sebelum itu isinya ribut doang sih, saya aja yang tidak cukup perduli. Saya tidak cukup dekat dengan ibu, saya jarang dirumah, mencari-cari kesibukan ekstrakulikuler sebagai alasan lari dari jengahnya suasana rumah. Rumah tidak bisa saya sebut tempat paling nyaman untuk pulang, dulu.

Atas semua rasa pahit, kami berusaha menguburnya dalam. Sesekali masih suka dibahas sih, tapi secepat kilat topik pembicaraan ini diganti. Ibu amat tidak berkenan membahasnya. Tapi ya, jika bukan karena ibu, entahlah, bisa saja luka itu masih payah berserakan diantara kami.

Sebenarnya luka itu selalu siap untuk kapan saja melukai, tapi kekuatan itu lagi-lagi datang menyembuhkan. Sampai saat ini saya belum menemukan jawaban terbuat dari apa sebenarnya hati ibu, bisa sekuat itu. Sayangnya, saya tidak tau detail, ibu lebih banyak diam.

Sejak 5 tahun lalu, semua berubah menjadi amat menyenangkan. Rumah adalah tempat pulang terbaik, penyembuh jenuh mutakhir. Jadilah rindu selalu datang yang sebelumnya tidak pernah saya miliki ~

Kalo dulu masing-masing, sekarang pengennya kumpul melulu. Apalagi ayah dan ibu. Ada aja tingkah laku yang aneh tapi justru bikin kami nyaman. Kaya sebelum mandi pada janjian mau pake baju warna apa, rumah udah kaya posko partai. hahahaha.  Apalagi kalo mulai pada nge-gombal.

A : Mah, Kok malam ini wajahnya bersinar ?

I  : Masa sih?

A : Iya, kaya bintang kejora ~

I  : *Kedip-kedipin mata sambil senyum-senyum kesenengan

Khanaya : Iya-iya mama bintang kejora, aku bintang kecil, nah papa malam yang gelap.

Aelaaaah, padahal ya secara sadar semua juga tau kalo gombalan itu karena ayah pengen dibuatin jus apel doang, yaiyalah bersinar orang bohlam lampu rumah baru diganti semua. hahahahaha.

Tidak ada yang bisa menggantikan rasa bahagia yang menyerbu hati saya tiap kali ayah dan ibu bercanda. Pun sebaliknya, hati bagai dirajam kalau hal sepele saja diributkan.

Sekali lagi, ibu pemeran utama yang berhasil. Gimana ya, saya tidak bisa menceritakan dengan detail sih, ini rahasia. hehe. Kisahnya pun baru-baru ini saya pahami, setelah sekian lama hidup dalam keluarga rasa hampa. Ibu saya sibuk. Bahkan tidak banyak ingatan saya menghabiskan waktu dengannya (kecuali selama hidup di Kalimantan).

Yaa, ibu sibuk membangun pertahanan dalam keberanian, kekuatan, keikhlasan, dan segala rupa perasaan terhebat yang tidak pernah mudah. Pontang-panting menghadapi masalahnya seorang diri. Ingatan saya hanya sebatas perkara rumit yang diteriakkan oleh ibu dan ayah, saya yang tidak cukup mengerti di usia itu, hanya menangis.

Suatu hari, ibu mengajak saya berkisah, tentang semua. Sedikit banyak saya mendapat jawaban atas segala pertanyaan yang tertinggal di masa lalu. Kemudian pemahaman ini membawa saya pada penyesalan terdalam atas segala prasangka tidak baik terhadap ibu 🙁

Bertahanlah untuk anak-anakmu, sedalam apapun sakit hatimu, berdamailah. Siapa yang akan merawatnya jika sakit, siapa yang akan menjaganya jika tua ~

(kira-kira begini lah hati ibu bicara untuk dirinya sendiri)

Kisah ini menghapus ke-heran-an saya ketika beberapa kali ayah dan ibu meributkan hal sepele. Jadilah perdebatan kusir tak berujung. Ayah memang tempramen kadang-kadang, bicaranya menyakitkan (menurut saya). Tapi ibu, seperti kebal, tetap melayani ayah dengan “Sayang, mau kopi?,” Padahal, saya yang denger udah gemes, kesel dan sedih banget. Pengen belain, tapi pasti nanti saya diomelin ibu. Yaudah~

Aneh memang, secangkir kopi itu bisa meluruhkan suasana. Kemudian, semua kembali semula. Sesekali saya membayangkan apa yang sedang ibu pikirkan, tapi ah, merepotkan, ibu baik-baik saja, tampaknya.

Itulah mengapa saya beri judul tulisan ini Menghidupkan Cinta, karena kekuatan ibu itu adalah cinta. Ia bertahan untuk anak-anaknya agar tetap merasa nyaman dan aman dengan cinta.

Saya rasa, perasaan ini tidak hanya terjadi pada keluarga saya, yang berbeda adalah cara pandangnya saja. Alhamdulilah, semakin hari kehidupan kami sesak dengan cinta.

 

Menghidupkan Cinta

Menikah Bukan Lomba oi !

Ada hal yang amat menyebalkan, hari ini  ~

Kenapa urusan pribadi orang harus menjadi atmosfer di kantor ini. Bahkan saya harus menjawab pertanyaan yang kesannya mendesak. Kapan kawin? Buruan nanti kemakan usia! Pacarnya orang mana nih? Pernah diapelin gak? Kalo cari pacar jangan dari kota X, orangnya pelit-pelit atau jangan dari kota Y, orangnya tukang selingkuh. What the !!!!!

Saya kurang paham atas konsep basa-basi ini. Pertama, saya emang agak males jawab pertanyaan gituan. Ini lebih kejam daripada dateng ke nikahan temen trus ditanya kapan nyusul, atau temen-temen yang mengeluh aku kapan nikah yaaaa, nikah sama siapa yaaa. zzzt. Kedua, saya tidak pernah mau perduli atau cari tau urusan orang lain, kecuali orang itu cerita sendiri, apalagi sama orang yang baru kenal, dengan begitu saya pun tidak suka dikasih pertanyaan semacam itu.

Saya sudah diskusikan ini dengan beberapa temen saya, sebagian dari mereka punya nasib yang sama. Wajar lah lik, kita kan single makanya suka pada iseng. Biarin aja lik, nanti kan pada capek sendiri atau pendapat ibu yang bilang santai aja kali el nanggepinnya, mereka kan cuma bercandaBig NO ! Ini sudah masuk minggu ke tujuh saya kerja, almost everyday I try to deal with. Dulu udah pernah ditanyain dan dijawab, masa kurang aja jawabannya. Sedih aja gitu ketika akhirnya ini menjadi kebiasan seseorang dalam ber basa-basi.

Bukannya saya gak mau nikah, cuy !

Kadang saya juga mikir siapa yang akan menjadi teman hidup atau dengan siapa akhirnya bisa merencanakan visi misi kehidupan dunia akherat, merencanakan janji kehidupan yang terbaik dengan saling melengkapi dan menguatkan. hahaha.

Bahkan saya sering ngobrol dengan temen saya yang baru married, mereka cerita banyak tentang kebahagiaan pun kesulitan dalam mahligai pernikahan. Yaaa, saya belajar dari mereka, semoga ini termasuk ikhtiar saya untuk mementaskan diri menjadi pribadi yang pantas bersanding dengan seseorang yang pantas juga.

Urusan menikah, ini kan perihal rejeki. Lantas, apa harus kita khawatir berlebihan? Menikah itu menyempurnakan separuh agama lho. jangan main-main. Urusan ini tidak sesederhana kamu dan aku. Banyak hal menjadi pertimbangan, termasuk sikap kita kepada orang lain, karena yang dihadapi adalah keluarga besar dengan karakter berjuta. Saya sedikit tidak setuju dengan pendapat yang bilang semua itu bisa diatur sambil jalan. Kita juga butuh bekal, termasuk hal sepele sekalipun yaitu sehat jasmani dan rohani karena urusan jangka panjang adalah mejadi pendidik ter-sempurna yang kita bisa untuk titipan berharga kelak, yaitu buah hati.

Satu hal. Kenapa harus ada pertanyaan kamu kapan? Menikah bukan perlombaan cuuuy. Siapa yang duluan bukannya dapat hadiah, justru amanah. Mereka yang sudah menikah artinya sudah siap dan selesai dalam pertimbangan yang ada. Kita kapan? sabar, semua ada masanya~ Artinya, kita diberi waktu tambahan untuk menggenapi pribadi yang dangkal ini.

Kalau memang mendesak, bertanyalah pada Pembuat Skenario Terbaik, sejauh ini saya cuma percaya, Allah SWT dalam firman-Nya,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍۢ وَٰحِدَةٍۢ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًۭا كَثِيرًۭا وَنِسَآءًۭ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًۭا

“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.” [QS. An Nisaa (4):1].

Menikah Bukan Lomba oi !

#Playlist – Bulan, Embun dan Kamu (Anji)

Lirik :

Bulan sembunyi di matamu.
Tiap-tiap membuka, malam
begitu cemerlang di hatiku.

Embun rimbun di bibirmu.
Tiap-tiap menganga, hening
meletus di jantungku.

Aku ingin bersepi-sepi,
karena pada tiap-tiap sepi
kutemukan dirimu
lebih lama dari biasanya.

Lebih senyap dari lepuh subuh.
Lebih hening dari bening embun.

Tuhan, yang kamu cintai,
adalah yang secara rahasia
mengajariku cara mencintaimu

(Bulan, Embun, dan Kamu)

Pohon Duka Tumbuh di Matamu :
Sehimpun Sajak Rindu
by Khrisna Pabichara


Finally Manji me-seriuskan musikalisasi puisi ini juga !!!!

Sejak penampilan langsungnya di Dieng Culture Festival 2016 kemarin, lagu ini menjadi yang ditunggu-tunggu banyak orang untuk mendengarkan versi ‘terbaik’ dari seorang Manji. Ide ini amat istimewa karena kolaborasi jarak jauh dengan pemain musik terbaik Irvan Borneo pada alunan gitarnya dan Kezia Amelia pada melodi biolanya. Lagi-lagi lagu ini tentang indahnya cinta yang diibaratkan sebagai bulan dan embun.

#Playlist – Bulan, Embun dan Kamu (Anji)

#Evadir Februari

Sebulan berlalu lagi,

Dirasa-rasa, waktu cepat sekali berjalan ya ? Ironinya, saya masih merasa begini-gini aja.

Pekerjaan sejauh ini lancar, ada satu dua hal yang menganggu perjalanan saya, semacam di-goda-in. Sebenarnya ini hal biasa dan wajar, (bagi mereka). Tapi sangat mengganggu, atau saya yang hiperbola, entahlah ~

Beberapa pertemuan kembali memberi pemahaman kepada saya untuk tidak berhenti bersyukur. Sekalipun atas makan, nafas, sehat, hujan yang turun, jalanan yang macet, deadline kerjaan, apapun!

Kemarin, saya bertemu dengan bapak tukang becak yang setiap pulang kerja, beliau selau bantu nyebrang-in siapa aja yang keluar dari gerbang ketika jam pulang. Sambil senyum lebaaaar dan ngangguk ramah (selalu gitu sih tiap hari). Engaak tau gimana, istimewa banget.

Tau gak? Sesuntuk apapun kerjaan di kantor ketika ketemu bapak itu langsung feeling fresh gitu lho, jangan-jangan ini cinta. hahahahaha.

The point is, banyak sekali hal sederhana yang bisa kita lakukan dan itu memberikan dampak besar untuk sekitar !

Menurut saya, hanya dengan menyapa, mengucapkan terima kasih, tolong menolong layaknya makhluk sosial yang wajar dapat menyelamatkan kita dari rumitnya penyakit hati. Apa ya semacam kepuasan batiniah, heuheu.

Coba bayangin, bapak becak itu gak mungkin gak punya masalah kaya kebutuhan finansial, tanggung jawab terhadap keluarga, atau kebutuhan-kebutuhan lainnya. Nah, daripada repot-repot bantuin orang nyebrang kenapa gak nyari penumpang aja gitu kan, supaya ada pemasukan? entahlah ~

Menurut saya, bukan perihal uang yang bapak itu cari. Semacam kepuasan batiniah tadi, malah kadang saya mikirnya bapak itu sedang berkhayal anaknya keluar dari gerbang itu sebagai seorang pegawai. (dilihat dari wajahnya sih) hahaha. Kapan-kapan saya coba ngobrol deh, nanti saya share, insha Allah.

Ok. Selamat datang Maret ! Semoga banyak kejutan di bulan ini 🙂

#Evadir Februari

Phase

When I was born, I did not know anything
Then I cried like hell, I know, if I was going to enter the stage of life that is not easy,

I was like a puppet by life
Then I trained crawling with surveillance
Few injuries are not allowed to say hello

Fingering everything I tried to stand up, before finally perfect walking
Page of a sense of pitch, so presumably space
Pursuing something, eventually I could run

Ran and ran and ran
Until I know the bitter and sweet

I could make sense of love
I began to understand everything
Faced with a problem, and I finish calmly

Not all problems can be solved, life began to feel heavy
Start faced with a choice

Try and try and try
Pursuing the promise of the best life

Be nice, March !

ps : cmiiw to use english, this is first time ! 🙂

Phase